Kesehatan Merupakan Hak Asasi Setiap Warga Negara:::::::: Pembangunan Yang Berkesinambungan dan Berpola Sehat Itu Perlu:::::::: Kontroversi seputar gizi buruk : Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?:::::::: Mencegah Komplikasi Paska Aborsi:::::::: Jaga Pola Makan Demi Kesehatan Mata:::::::: Karbonmonoksida Berpengaruh Terhadap Kesehatan Bayi Kita:::::::: Masih Banyak Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Berbahaya:::::::: Antisipasi Perencanaan Tenaga Kesehatan Guna Mendukung Indonesia Sehat 2010:::::::: Peningkatan Akses Masyarakat Tethadap Layanan Kesehatan yang Berkualitas::::::::
Selamat Datang di Weblog Resmi Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan (LKPK) Indonesia. Temukan di Sini Artikel Kesehatan yang Anda Butuhkan :


Apa Saja 3 Postingan Terbaru Kami di Weblog Ini?
Renungan Hari Ini:

Ada Kemungkinan Virus Flu Burung Bermutasi  

Unggas yang terkena virus flu burung saat ini memang tidak harus sakit. Hal ini kemungkinan besar karena adanya mutasi virus H5N1 yang ada di Indonesia.

Hasil penelitian yang dilakukan Prof. Wasito, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, sejak 2003 sampai sekarang menunjukkan bukan hanya ayam yang tidak sakit meski terbukti terinfeksi H5N1. Tetapi hewan lain seperti entok dan puyuh juga mengalami hal yang sama.

Kenapa tidak sakit? Hal ini kemungkinan besar karena adanya mutasi virus H5N1. Namun untuk membuktikan harus dilakukan penelitian lebih lanjut, kata Wasito, Senin (27/8).

Kekebalan unggas terhadap virus ini, menurut dugaan Wasito, bisa terjadi karena proses vaksinasi yang tidak tepat. Apalagi dia mendengar vaksinasi yang digunakan pemerintah adalah untuk jenis H5N2 bukan H5N1. Kalau ini benar tentu sangat berbahaya karena vaksinasi yang digunakan tidak sesuai dengan genetas virus.

Sehingga vaksinasi lebih baik dihentikan secara bertahap seperti saat penanganan penyakit kuku dan mulut pada masa lalu. Apalagi sebenarnya vaksinas itu tingkat keberhasilannya hanya 80 saja. Sehingga kalau diteruskan justru akan memungkinkan terjadinya mutasi virus, ujarnya.

Dalam penelitian yang dilakukan di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur

sejak 2003 lalu juga menunjukkan bahwa ada unggas yang virus hanya ditemukan pada paru-paru saja. Sehingga ketika diperiksa melalui sampel liur dan kotoran unggas itu negatif.

Padahal sebenarnya positif. Ini yang disebut positif palsu, kata mantan Direktur Jenderal Peternakan Departemen Pertanian ini.

Untuk itu, untuk mengetahui secara benar unggas positif terkena H5N1 atau tidak, maka sampel yang diambil harus benar-benar tepat. Tidak hanya diambil pada sampel darah, kotoran dan lendir saja tetapi juga harus sampai ke paru-paru.

Karena bisa jadi di paru-paru ada tetapi di kotoran tidak ada, tegasnya.

Penelitian yang dilakukan bersama Prof Hastari ini juga menemukan pada puyuh terjadi infeksi campuran antara H5N1 dan H7N1. Namun penelitian belum sampai menyimpulkan virus jenis apa H5N1 ini.

Kami juga tengah bekerja sama dengan sejumlah ahli dari luar negeri untuk mengetahui jenis apa sebenarnya flu burung yang ada di Indoensia sekarang ini, ujarnya.

Selain meminta agar vaksinasi ditinjau kembali serta melakukan pemeriksaan secara benar, Wasito yang menemukan adanya virus flu burung pada lalat ini juga secara tegas menolak upaya pencegahan dengan cara pemusnahan.

Menurutnya, pemusnahan hanya boleh dilakukan pada unggas yang positif terkena flu ini. Kalau main hantam kromo seperti selama ini bisa musnah seluruh unggas di Indonesia. Apalagi terbukti bahwa flu burung tidak hanya ada pada unggas saja tetapi juga pada lalat, katanya.

Biosecurity yang tepat dan ketat harus dilakukan. Jangan hanya di atas kertas dan omong doang, tegasnya.