Kesehatan Merupakan Hak Asasi Setiap Warga Negara:::::::: Pembangunan Yang Berkesinambungan dan Berpola Sehat Itu Perlu:::::::: Kontroversi seputar gizi buruk : Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?:::::::: Mencegah Komplikasi Paska Aborsi:::::::: Jaga Pola Makan Demi Kesehatan Mata:::::::: Karbonmonoksida Berpengaruh Terhadap Kesehatan Bayi Kita:::::::: Masih Banyak Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Berbahaya:::::::: Antisipasi Perencanaan Tenaga Kesehatan Guna Mendukung Indonesia Sehat 2010:::::::: Peningkatan Akses Masyarakat Tethadap Layanan Kesehatan yang Berkualitas::::::::
Selamat Datang di Weblog Resmi Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan (LKPK) Indonesia. Temukan di Sini Artikel Kesehatan yang Anda Butuhkan :


Apa Saja 3 Postingan Terbaru Kami di Weblog Ini?
Renungan Hari Ini:

Rinitis Alergi  

Rinitis Alergi (RA) adalah inflamasi mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan alergi terhadap partikel, antara lain: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. Gejala utama pada hidung yaitu hidung gatal, tersumbat, bersin-bersin, keluar ingus cair seperti air bening. Seringkali gejala meliputi mata, yaitu : berair, kemerahan dan gatal. .

RA merupakan penyakit umum dan sering dijumpai. Prevalensi penyakit RA pada beberapa Negara berkisar antara 4.5-38.3% dari jumlah penduduk dan di Amerika, merupakan 1 diantara deretan atas penyakit umum yang sering dijumpai. Meskipun dapat timbul pada semua usia, tetapi 2/3 penderita umumnya mulai menderita pada saat berusia 30 tahun. Dapat terjadi pada wanita dan pria dengan kemungkinan yang sama. Penyakit ini herediter dengan predisposisi genetic kuat. Bila salah satu dari orang tua menderita alergi, akan memberi kemungkinan sebesar 30% terhadap keturunannya dan bila kedua orang tua menderita akan diperkirakan mengenai sekitar 50% keturunannya.

Bagaimana pun juga, RA harus dipikirkan sebagai keadaan yang cukup serius karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita akibat beratnya gejala yang dialami dan juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Penderita akan mengalami keterbatasan dalam aktifitas sehari-hari, sering meninggalkan sekolah atau pekerjaannya, dan menghabiskan biaya yang besar bila menjadi kronis. RA juga dipengaruhi lingkungan dari faktor allergen. Penyakit ini masih sering disepelekan, untuk itu perlu diberikan beberapa informasi agar penderita tidak terlalu meremehkan dan dapat mengetahui berbagai upaya untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.

Penyebab
Alergi terhadap partikel yang pada individu umum, tidak membahayakan dan tidak menimbulkan respon imun tetapi pada penderita alergi, kontak dengan partikel tersebut (yang disebut allergen) menyebabkan sistem imun tersensitisasi. Reaksi yang terjadi menghasilkan antibody terhadap allergen dan mengakibatkan pelepasan zat yang disebut histamine (dan beberapa jenis lain) ke dalam darah. Zat tersebut menimbulkan reaksi gatal, pembengkakan jaringan yang berkaitan, sekresi selaput lendir seperti air, dan kemerahan serta gejala lainnya bergantung kepada individu yang alergi.
RA sering dibagi berdasarkan penyebab menjadi 2 tipe yaitu :

1. RA musiman (Hay Fever) umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya dan spora jamur. Alergi terhadap tepung sari berbeda-beda bergantung geografi dan jenis tanaman yang ada, juga jumlah serbuk yang ada di dalam udara. Udara panas, kering dan angin mempengaruhi banyaknya serbuk di udara bila dibandingkan dengan saat udara dingin, lembab dan hujan, yang membersihkan udara dari serbuk tersebut. Jenis ini biasanya terjadi di Negara dengan 4 musim
2. RA yang umumnya terjadi terus menerus (perennial) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, kecoa, tumbuhan kering, jamur, bulu binatang atau protein yang dikandung pada kelenjar lemak kulit binatang. Protein ini dapat tetap berada di udara selama berbulan-bulan setelah binatang itu tidak ada diruangan.

Diagnosis
Biasanya memperikirakan seorang menderita RA tidak sulit bila diperhatikan riwayat perjalanan penyakit dan umumnya orang tua anak atau penderita sudah mengetahuinya.
Kadang-kadang diperkirakan sebagai penyakit flu yang berkepanjangan, tetapi pada pengamatan lebih lanjut dapat diperhatikan beberapa hal untuk memastikannya antara lain:

* Gejala kambuh pada musim tertentu.
* Geografi tempat tinggal:
Lingkungan rumah misalnya ada karpet, binatang peliharaan misalnya kucing, anjing atau ayam. Pada lingkungan yang kurang bersih mungkin terdapat kecoa dan tikus.
* Terjadi saat dalam atau di luar rumah.
Apakah orang tua atau keluarga ada yang alergi misalnya asma, eksem, urtikaria.

Gejala karakterisktik RA adalah :

* Bersin berulang-ulang sering kali pagi dan malam hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
* Hidung mengeluarkan secret cair seperti air (runny nose). Penderita sering mengeluh menghabiskan tissue hingga 1 box per hari.
* Terasa cairan menetes ke belakang hidung (post nasal drip) karena hidung tersumabat. Hal ini sering menimbulkan batuk kronis.
* Pada keadaan lanjut dapat menyebabkan gejala hidung tersumbat.
* Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
* Badan terasa lemah.

Gejala dapat pula disertai mata berair, suara serak dan gangguan penciuman. Sering dijumpai sakit kepala pada daerah sinus dan telinga tersumbat.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai :

* Selaput lender hidung bengkak, basah (sereous, mengkilat), mukosa konka pucat atau keunguan karena pelebaran pembuluh balik (vena).
* Tenggorok meradang dan tampak tonjolan-tonjolan folikel limfoid (cobblestones or granular pharyngitis); Dapat pula dijumpai pembengkakan kelopak mata, kemerahan mata, dan daerah di bawah kelopak mata bawah tampak lebih gelap karena bendungan darah vena serta lipatan kelopak mata bawah berlebih.

Pemeriksaan penunjang :

* Pemeriksaan alergi dengan tes kulit (tes cukit) terhadap berbagai allergen mungkin dapat menunjang penegakan diagnosis RA.
* Bila hasil belum dapat mengetahui mungkin diperlukan tes alergi intra dermal.
* Pemeriksaan kadar lgE di darah meningkat (tidak spesifik).
* Pemeriksaan terhadap lgE spesifik terhadap alergent tertentu.

Komplikasi

* Radang telinga tengah akibat sering tertutupnya saluran antara hidung dengan telinga. Komplikasi ini sering terjadi pada anak.
* Infeksi sinus karena terganggunya drainase sinus.
* Gangguan pertumbuhan muka akibat sering bernafas melalui mulut dalam waktu yang lama.
* Gangguan tidur dan dapat mengakibatkan gangguan belajar.

Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah menguragi gejala dan mencegah komplikasi. Pengobatan yang utama adalah menghindari atau meminimalkan kontak dengan allergen.

Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain bagi penderita alergi terhadap serbuk sari dari luar rumah dapat menutup jendela rumah dan menggunakan air condition atau mengurangi kegiatan di luar rumah pada musim tertentu.

Bila allergen diperkirakan ada di rumah maka dapat mengganti alat-alat dari bahan alami misalnya bantal dan kasur dengan bahan sintetik. Menjaga kebersihan rumah dan menghindari memakai alat atau bahan yang mudah menyimpan debu misalnya karpet. Bila diperkirakan alergi dengan bulu atau protein hewan, menghindari memelihara hewan tersebut. Dapat juga menggunakan filter debu udara di rumah.

Untuk dapat menghindari kontak dengan alergem tentu saja perlu pengamatan yang teliti dalam menentukan allergen tersebut. Bila belum dapat memperkirakan dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sehingga pengobatan atau pencegahan dapat efektif.

Kadang-kadang diperlukan terapi medikamentosa baik yang diminum atau dalam bentuk spray hidung antara lain: antihistamin dan obat-obat yang mengurangi pembengkakan selaput lender hidung.

Pengobatan lainnyang adalah imunoterapi yaitu memberi allergen dalam jumlah kecil bertahap dengan harapan tubuh menjadi kurang sensitive sehingga reaksi yang terjadi berkurang. Pengobatan ini ditujukan bila penderita tidak responsive dengan pengobatan medikamentosa, atau mengalami komplikasi misalnya radang sinus dan telinga yang sering kambuh. Atau penderita menolak minum oabt-obatan dalam jangka waktu lama.

Meskipun demikian pengobatan ini tidak selalu berhasil dan sering kali kambuh setelah beberapa tahun tidak timbul gejala alergi.

Oleh : Dr. Nuty W. Nizar, Sp.THT

0 komentar: to “ Rinitis Alergi