Hari TB Sedunia : Menjalin Kemitraan Perangi TB
Peringatan Hari Tuberculosis (TB) sedunia pada tahun 2006 ini menekankan pada konsep Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy (DOTS) yaitu suatu metode pengobatan langsung jangka pendek dengan pengawasan. Tema tersebut adalah "DOTS for all; all for DOTS". Sedangkan untuk skala nasional, Departemen Kesehatan menekankan pada aspek kemitraan dalam menerapkan DOTS, yaitu dengan mengangkat tema � Bersama Melawan TB�
Tema tersebut mengandung makna diperlukannya kebersamaan dalam menanggulangi masalah TB untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang memang sangat kompleks dan terkait dengan banyak aspek. Hal tersebut terungkap dalam Jumpa Pers Hari TB Sedunia di Departemen Kesehatan pada hari Rabu, 22 Maret 2006.
Menurut Menteri Kesehatan Dr.dr.Siti Fadillah Supari, Sp.JP(K), dengan diangkatnya tema ini, diharapkan terjadi peningkatan akses penderita terhadap metode pengobatan DOTS pada unit-unit pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan swasta. Terbentuknya Gerakan Terpadu Nasional (Gerdunas) yang professional dan efektif untuk mendukung Penanggulangan TB di Indonesia dengan membangun kemitraan yang mandiri dan berkontribusi sesuai kompetensi masing-masing. Selain itu, penekanan pada tema tersebut adalah keberadaan komunitas rentan misalnya kalangan masyarakat miskin di perkotaan, maternal, anak-anak, para buruh di lingkungan perkebunan, tambang dan industri lainnya untuk menjangkau pelayanan pengobatan TB dan terdapatnya wilayah yang belum terjangkau pelayanan DOTS, seperti di Indonesia bagian timur.
Konsep kemitraan yang dibangun dalam memerangi TB menjadi sangat penting mengingat untuk mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pengobatan, meningkatkan penemuan kasus dan tindakan pengobatan bukan hal mudah. Departemen Kesehatan melibatkan kalangan LSM, dan organisasi keagamaan dalam penanggulangan TB pada tahun ini. Jalinan kerjasama yang terbentuk dengan kalangan LSM dan tokoh keagamaan diharapkan dapat membantu proses sosialisasi kepada masyarakat mengenai gejala penyakit TB, cara penemuan kasus dan pengobatan.
Metode DOTS yang masih menjadi strategi utama dalam penanggulangan TB dicanangkan pertama kali oleh WHO pada tahun 1993. Metode yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 1995 memiliki 5 komponen, yaitu;
* Komitmen politik dari pengambil kebijakan, serta dukungan dana untuk menanggulangi TB
* Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik
* Pengobatan dengan paduan obat anti TB (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO)
* Jaminan ketersediaan OAT
* Sistem pencatatan dan pelaporan yang baku untuk evaluasi hasil pengobatan dna kinerja program penanggulanngan TB
Keuntungan dari strategi DOTS adalah metode pengobatan penderita TB tidak lagi dengan rawat inap di rumah sakit (Sanatorium), tetapi hanya dengan berobat jalan. Dengan minum obat selama 6-8 bulan secara teratur dipastikan penderita TB sembuh, sehingga penderita tidak kehilangan waktu kerja dan tidak kehilangan produktivitasnya.
Kunci sukses penanggulangan TB adalah menemukan penderita dan mengobati penderita sampai sembuh. WHO menetapkan target global Case Detection Rate (CDR) atau penemuan kasus TB menular sebesar 70%, dan Cure Rate (CR) atau angka kesembuhan/keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Sejak DOTS diterapkan secara intensif terjadi penurunan angka kesakitan TB menular yaitu pada tahun 2001 sebesar 122 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2005 menjadi 107 per 100.000 penduduk. Hasil yang dicapai Indonesia dalam menanggulangi TB hingga saat ini telah meningkat. Angka penemuan kasus TB menular yang ditemukan pada tahun 2004 sebesar 128.981 orang (54%) meningkat menjadi 156.508 orang (67%) pada tahun 2005. Keberhasilan pengobatan TB dari 86,7% pada kelompok penderita yang ditemukan pada tahun 2003 meningkat menjadi 88,8% pada tahun 2004.
0 komentar: to “ Hari TB Sedunia : Menjalin Kemitraan Perangi TB ”
Posting Komentar