Kebijakan Kesehatan Terkendala Data Riset
Pemerintah mengalokasikan dana Rp 120 miliar untuk pelaksanaan riset kesehatan dasar (riskesdas), yang akan dilakukan hingga ke tingkat kecamatan selama 2007.
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di Jakarta, Kamis (21/12/06), mengatakan, riskesdas dilakukan untuk memetakan kondisi kesehatan dasar dalam masyarakat, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar evaluasi serta penyusunan kebijakan dan program kesehatan.
"Selama ini saya sulit mendapatkan data kesehatan. Data yang tersedia biasanya terlambat beberapa tahun," katanya.
Data status kesehatan dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT) yang dilakukan setiap empat tahun pun dinilai kurang memadai karena belum meliputi data tentang prevalensi, proporsi, dan peningkatan kasus penyakit hingga ke tingkat kecamatan.
"Itu menyulitkan kita dalam membuat kebijakan dan program yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan," katanya, serta menegaskan pentingnya riskesdas bagi penyediaan data kesehatan dasar.
Lebih lanjut dia menjelaskan, riskesdas yang akan dilakukan dengan melibatkan Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Badan Pusat Statistik (BPS), lembaga penelitian dan dinas kesehatan kabupaten itu ditujukan untuk mengumpulkan data dan informasi spesifik mengenai kondisi kesehatan masyarakat.
Riset yang menurut rencana dilaksanakan selama enam bulan itu, kata dia, akan dilakukan dengan wawancara serta pemeriksaan darah secara serologis dan genomik.
"Dengan demikian, kita bisa mendapatkan gambaran status kesehatan yang benar-benar berbasis bukti, termasuk gambaran tentang berbagai penyakit kelainan bawaan," katanya seperti dikutip Antara.
Sementara itu, Kepala Balitbangkes Departemen Kesehatan Triono Sundoro menjelaskan, riskesdas mengintegrasikan berbagai riset kesehatan yang selama ini dilakukan secara terpisah.
"Dengan demikian, sekarang tidak ada lagi surkesnas dan surkesda, semuanya melebur menjadi riskesdas yang pengambilan sampelnya dilakukan hingga ke tingkat kecamatan," katanya. Ia menjelaskan, secara fisik riset akan dilakukan dengan pengukuran tinggi/panjang badan, berat badan, lingkar lengan pada ibu hamil, tekanan darah, serta pemeriksaan gigi dan mata.
Sedangkan pemeriksaan spesimen darah secara serologis dan genomik, kata dia, ditujukan untuk mendeteksi penyakit menular (demam berdarah, tuberkulosis, malaria, rubela, HIV/AIDS, penyakit menular seksual); penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (DPT, campak, hepatitis, polio); penyakit degeneratif (diabetes, kardiovaskuler, kanker); kelainan gizi dan kelainan bawaan seperti talasemia.
Riset itu, menurut dia, akan dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari 450 orang dari litbang kesehatan, Lembaga Eijkman, klinisi dan akademisi serta sembilan ribu pewawancara di tingkat kabupaten.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kegiatan riset itu akan dimulai dengan pelatihan bagi pelatih pada Februari-Maret 2007 dan pelatihan bagi pewawancara serta pengambil spesimen darah pada April-Mei 2007.
"Pelaksanaan kegiatan riset bersama BPS, universitas, dan siswa Poltekes dilakukan pada Juni-September 2007. Sedangkan analisis data dan finalisasinya diharapkan selesai sebelum akhir 2007," ujarnya.
Sumber:suara karya.com
12:52 AM
Sayang ya pekerjaan mulia dan mega proyek kok ada yang ketinggalan baru September 2008 dilaksanakan Riskesdas.
lebih sayang dan kasian lagi sama surveyornya suruh jalan survei waktu didesak segera rampung tapi duit transportnya di icrit2, hasil dah diserahin dah seminggu lebih belum juga dibayar.
Payahnya lagi PJT n PJO kok suka nitip SPPD untuk tanda tangan padahal ga turun lapangan. enak ya duitnya utuh ga ikutan capek.