Kajian Asuransi Kesehatan (Kasus Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya, Bali)
Jumat, Januari 12, 2007
Oleh : Amran Razak, Prof.
"Dewasa ini organisasi (termasuk rumah sakit) harus bergulat dengan kecenderungan-kecenderungan revolusioner, akselerasi produk dan perubahan teknologi, persaingan yang diglobalisasi, deregulasi, perubahan demografi dan kecenderungan-kecenderungan ke arah masyarakat jasa dan era informasi".
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di kota Denpasar cukup banyak, namun dari beberapa yang ada, rumah sakit wangaya adalah rumah sakit yang terbanyak kunjungannya. rumah sakit Wangaya dengan 150 tempat tidur dilayani oleh 31 dokter spesialis dan dokter umum. Dalam melakukan kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit Wangaya ditunjang dari dana subsidi pemerintah pusat dan daerah serta dari masyarakat.
Sejalan dengan berlakunya otonomi daerah, dukungan biaya dari pemerintah semakin berkurang. disatu sisi subsidi dari pemerintah kota denpasar sudah semakin dikurangi pula.
Pendapatan rumah sakit Wangaya dari masyarakat sebagian besar masih berasal dari out of poclcet. Adapun pendapatan total rumah sakit Wangaya sebesar Rp.9.635.160.960,- yang berasal dari asuransi kesehatan hanya sebear Rp. 269.359.690,- (2, 8 %). Pasien rawat inap tahun 2002 di rumah sakit Wangaya sebesar 77.477 jiwa, sedangkan peserta askes yang dirawat inap sebanyak 967 jiwa (8%).
Pelaksanaan pungutan biaya pelayanan kesehatan pada pasien rawat inap dibedakan dari pasien rawat inap umum dan pasien rawat inap peserta askes.
Biaya pelayanan kesehatan untuk pasien askes berdasarkan SKB NOMOR : 999 A / MENKES/VIII / 2002 yang menetapkan biaya dengan cara paket dan kriteria hak kelas perawatan peserta askes. Rumah sakit Wangaya menetapkan biaya berdasarkan perda nomor 5 tahun 2001. Besaran biaya ditentukan berdasarkan aktifitas pelayanan, akomodasi, sarana penunjang, karcis dan farmasi.
BAB II
TINJAUAN TOERITIS
Pengertian Dan Fungsi-Fungsi Manajemen
Manajemen kesehatan adalah manajemen yang diterapkan pada pelayanan kesehatan demi terciptanya keadaan sehat
Manajemen adalah proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerak-an, pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan ilmu dan seni, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (George R. Terry dalam ‘principle of management’, 1960)
Pengertian fungsi perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu proses sistematik berupa pengambilan keputusan tentang pemilihan sasaran, tujuan, strategi, kebijakan, bentuk program, pelaksanaan program dan penilaian keberhasilan
Perencanaan berarti pengambilan keputusan dengan memperhitungkan perubahan apa yang akan terjadi (forecasting of changes)
Fungsi perencanaan sebagai suatu proses, mempunyai langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu :
1.Analisis situasi
2.Identifikasi masalah
3.Prioritas masalah
4.Menetapkan tujuan
5.Alternatif pemecahan masalah
6.Rencana kerja (plan of action)
Alternatif pemecahan masalah ;
1.Hal yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah mengkaji hambatan dan kelemahan
2.Menyusun rencana kerja operasional
3.Penyusunan rencana kerja operasional untuk menentukan langka-langkah yang akan dilakukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan.
4.Penyusunan rencana kerja dengan melihat semua dimensi kebutuhan dan kemampuan organisasi serta tujuan yang ingin dicapai.
Pengertian fungsi pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan kegiatan yang diwadahkan dalam unit kerja (organisasi), untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan. Pengorganisasian menetapkan hubungan antara pemimpin dan bawahan, serta hubungan antar unit.. Pengorganisasian mengatur struktur organisasi, pembagian tugas - wewenang - tanggung jawab, sistem informasi dan koordinasi
Fungsi actuating
Penggerakan adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi (George R. Terry)
Fungsi controling
Pengawasan adalah kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat diefektifkan.
Fungsi evaluating
Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan (who). Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. perbedaannya terletak pada sasarannya, sumber data, pelaksana siapa dan waktu pelaksanaannya
MANAJEMEN STRATEGIK
Manajemen strategik adalah adalah proses pengendalian dan pengarahan penyusunan perencanaan strategik dalam upaya mengadopsi pemilihan dan penerapan berbagai strategi yang paling sesuai dengnan kebutuhan organisasi.
Manajemen strategik meliputi ;
1.Analisa lingkungan eksternal
2.Analisa lingkungan internal
3.Penetapan Visi
4.Penetapan tujuan
5.Perencanaan strategis
6.Perencanaan operasional
7.Pelaksanaan rencana
8.Evaluasi
Analisa Industri ( SWOT )
Analisa faktor internal
Analisa faktor eksternal
Misi, Visi dan Tujuan
Misi ditentukan berdasarkan hasil analisa industri (SWOT) ditambah dengan misi tingkat yang lebih tinggi
Visi adalah pandangan kita terhadap cara pencapaian misi dan tujuan
Tujuan adalah apa yang kita capai pada masa mendatang.
Perencanaan Strategic
Perencanaan strategic adalah adalah proses analisis, perumusan, dan evaluasi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada, dengan tujuan untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.
MANAJEMEN LOGISTIK
Pengertian manajemen Logistik
Manajemen logistic adalah Suatu Proses Pengolahan Secara Strategis Terhadap Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian Dan Pemantauan Persedian Bahan Bagi Proses Produksi.
Tujuan Manajemen Logistik
Bertujuan Agar Barang Atau Bahan Yang Diperlukan Untuk Proses Produksi Atau Kegiatan Operasional Dapat Tersedia Dengan Kuantitas, Kualitas, Waktu Dan Tempat Yang Dibutuhkan Dengan Biaya Seefisien Mungkin, Melalui Penerapan Konsep :
1.Standarisasi (Standar Teknik, Standar Penyimpanan, Pemusnahan, Pengadaan)
2.Optimalisasi (Sesuai Dgn Kebutuhan)
3.lkurasi
Aspek Dalam Logistik
Logistik mempunyai 2 aspek yaitu :
1. Perangkat Lunak (Soft Ware) : Perencanaan, Penyimpanan, Distribusi Dan Evaluasi.
2. Perangkat Keras: Personil, Persediaan (Supply), Peralatan (Equipment).
Fungsi Manajemen Logistik
1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan
Menentukan sasaran dan kebutuhan yang tepat
2. Fungsi Penganggaran
Kegiatan menentukan kebutuhan dalam skala standar yakni skala mata uang dan jumlah.
3. Fungsi Pengadaaan
Merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam perencanaan, penentuan kebutuhan maupun penganggaran.
4. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran (Distribusi)
Merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan & penyaluran kepada unit pemakai
5. Fungsi Pemeliharaan
Usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris.
6. Fungsi Penilaian (Evaluasi)
Pengelompokan Logistik
1. Berdasarkan ketahanannya
a. Cepat rusak
b. Menengah
c. Tahan lama
2. Menurut bidang pemanfaatan
a. Persediaan farmasi
b. persediaan makanan
c. persediaan logistik
3. Menurut tingkat pengelolaan
Bahan baku
Bahan pembantu
Komponen jadi
Barang jadi
4. Menurut tata cara pengadaan
Persediaan medis
Persediaan non medis
BAB III
KAJIAN FUNGSI – FUNGSI MANAJEMEN
FUNGSI PERENCANAAN
Analisa Situasi
Peserta askes yang dilayani adalah Askes PNS, Askes JPKM, Askes JPS, Askes Gakin. Walaupun telah dilakukan kerjasama antara PT askes, Rumah Sakit dan Pemda setempat dalam hal pengelolaan askes namun masih banyak hal yang dihadapi oleh rumah sakit Wangaya.
Pada tahap analisa situasi dpat ditarik hasil kajian yaitu pihak RS belum melakukan analisa situasi terhadap permasalahan mutu pengelolaan askes diantaranya;
1.Perbedaan premi antara pihak RS dan PT askes.
2.Waktu tunggu pelayanan yang terlalu lama,
3.Model pembiayaan apakah kapitasi total melalui cost sharing atau risk sharing,
4.Jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat.
5.Mekanisme pengelolaan dana yang belum maksimal.
6.Adanya peresepan obat oleh dokter diluar daftar pelafon harga obat (DPHO)
7.Manajemen Logistik (obat) belum maksimal.
Identifikasi masalah
Melihat dari beberapa permasalah pada analisa situasi maka dapat diidentifikasi masalah berikut;
1.Perbedaan premi antara RS (premi RS yang masih berdasarkan SK Walikota yaitu premi sebesar Rp. 6. 000 dan PT askes berdasarkan SKB NOMOR : 999 A / MENKES/VIII/2002 yaitu premi sebesar Rp. 12. 500, sehingga menyulitkan RS memberikan pelayanan
2.Waktu tunggu pelayanan yang terlalu lama, karena kurangnyaa kesigapan petugas dalam melayani pasien
3.Model pembiayaan apakah kapitasi total melalui cost sharing atau risk sharing, karena belum adanya mekanisme pembayaran yang disepakati oleh pihak RS, PT askes dan pemda.
4.Jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat, karena kurangnya sosialisasi dan informasi pihak RS pada masyarakat tentang hak-hak masyarakat.
5.Mekanisme pengelolaan dana belum maksimal karena lemahnya koordinasi pihak RS dalam hal laporan administrasi kepihak PT askes sebagai syarat utama penggantian premi oleh PT askes.
6.Manajemen Logistik (obat) yang belum memadai karena terkadang obat yang ditanggung oleh askes menjadi tidak tersedia (stock kosong), pendistribusian kadang terlambat, Adanya peresepan obat oleh dokter diluar daftar pelafon harga obat (DPHO) karena dokter sering memanfaatkannya untuk keuntungan, dan pengadaan tak sesuai kebutuhan sehingga menyebabkan stagnasi obat.
Prioritas masalah
Sehubungan dengan prioritas masalah yang akan diambil oleh pihak RS dimana yaitu lebih memprioritaskan masalah penyesuaian tarif, model pembiayaan ketimbang upaya perbaikan manajemen logistik yang pada hakikatnya menjadi bagian utama keluhan pasien askes.
Menetapkan Tujuan
Pada tahap penetapan tujuan yaitu dimana tujuan yang telah dibuat oleh pihak RS belum sinergis dengan pencapaian visi dan misi organisasi kemasa datang, yaitu dapat terlayaninya pasien askes secara menyeluruh dan bermutu.
Alternatif Pemecahan Masalah
1.Perumusan tarif untuk menyesuaikan tarif rasional dengan melibatkan PT askes dan pemda.
2.Pembimbingan, pelatihan tenaga kesehatan dan pengadaan fasilitas (Sitem Informasi komputerisasi) untuk mempercepat pelayanan.
3.Pihak RS melakukan advokasi dan sosialisasi model pembiyaian ke PT askes dan pemda.
4.Perbaikan sistem manajemen logistik.
Penyusunan Rencana Kerja
1.Perumusan tarif untuk menyesuaikan tarif rasional dengan melibatkan PT askes dan pemda.
2.Pembimbingan, pelatihan tenaga kesehatan dan pengadaan fasilitas (Sitem Informasi komputerisasi) untuk mempercepat pelayanan.
3.Pihak RS melakukan advokasi dan sosialisasi model pembiyaian ke PT askes dan pemda.
4.Perbaikan sistem manajemen logistik.
Rencana kerja pelaksanaan program yang telah ditetapkan yaitu ;
1.Jangka pendek 3-5 tahun
2.Jangka panjang 5-10 tahun
Pengoorganisasian
Sehubungan dengan pengoorganisasian maka isu yang akan diangkat adalah, masih terdapatnya masalah teknis dalam hal koordinasi dengan PT askes, dimana PT askes melakukan pembatasan hari penyetoran laporan administrasi askes (yang dijadikan syarat utama penggantian iuran / premi) yaitu pada minggu ketiga setiap bulanya sehingga hal ini sering menyulitkan pihak rumah sakit dalam melakukan pelayanan.
Actuating / Pelaksanaan
1.Waktu tunggu pelayanan yang terlalu lama karena kurangnya kesigapan petugas.
2.Jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat, karena kurangnya sosialisasi dan informasi pihak RS pada masyarakat tentang hak-hak masyarakat.
3.Mekanisme pengelolaan dana belum maksimal karena lemahnya koordinasi pihak RS dalam hal laporan administrasi kepihak PT askes sebagai syarat utama penggantian premi oleh PT askes.
4.Manajemen Logistik (obat) yang belum memadai karena terkadang obat yang ditanggung oleh askes menjadi tidak tersedia (stock kosong), pendistribusian kadang terlambat, Adanya peresepan obat oleh dokter diluar daftar pelafon harga obat (DPHO) karena dokter sering memanfaatkannya untuk keuntungan, dan pengadaan tak sesuai kebutuhan sehingga menyebabkan stagnasi obat.
5.Adanya kolusi antara dokter dan petugas farmasi yang mencari keuntungan sehingga obat yang tak ditanggung askes biayanya mahal.
Controling
Sampai saat ini belum ada pelaksanaan controling pelaksanaan askes untuk melihat sejauhmana dan kendala apa saja yang sering dihadapi oleh pengelola askes karena pengelola meganggap belum banyak keluhan dari pihak pengelola pihak askes di RS.
Evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi pengelolaan askes masih terdapat kendala tehnis dimana indikator keberhasilan pelaksanaan program askes belum jelas sehingga dirasa masih sangat sulit menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan askes.
KAJIAN MANAJEMEN STRATEGIK
Analisa lingkungan eksternal
Belum ada analisas lingkungan eksternal untuk melihat ancaman dan kondisi pesaing dari RS lain karena pihak rumah sakit berasumsi pesaing relatif kecil, dan disisi lain pengelolaan askes telah mendapat dukungan dari legislatif, eksekutif serta masih tingginya peran serta masyarakat
Analisa lingkungan internal
Telah dilakukan analisis lingkungan eksternal untuk melihat kekuatan dan kelemahan organisasi. Seperti ; organisasi, sumber daya manusia yang cukup dan profesional, serta adanya sarana dan prasaran yang memadai.
Penetapan Visi
1.Penetapan visi telah berfokus pada bisnis masa depan
2.Nilai-nilai dan norma-norma yang mempengaruhi pengambilan keputusan termasuk dengan pelanggan dan karyawan
3.Jenis pelayanan yang diberikan ke masyarakat saat ini dan dimasa yang akan datang
4.Prioritas yang diberikan pada pelayanan kesehatan saat ini dan masa mendatang
Penetapan tujuan
Pada tahap penetapan tujuan yaitu dimana tujuan yang telah dibuat oleh pihak RS belum sinergis dengan pencapaian visi dan misi organisasi kemasa datang, yaitu dapat terlayaninya pasien askes secara menyeluruh dan bermutu.
Perencanaan strategis
1.Perumusan tarif untuk menyesuaikan tarif rasional dengan melibatkan PT askes dan pemda.
2.Pembimbingan, pelatihan tenaga kesehatan dan pengadaan fasilitas (Sitem Informasi komputerisasi) untuk mempercepat pelayanan.
3.Pihak RS melakukan advokasi dan sosialisasi model pembiyaian ke PT askes dan pemda.
4.Sosialisasi dan informasi pihak RS pada masyarakat tentang hak-hak masyarakat sehubungan dengan jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat.
5.Melakukan koordinasi pihak RS dalam hal laporan administrasi kepihak PT askes sebagai syarat utama penggantian premi oleh PT askes.
6.Perbaikan sistem manajemen logistik.
Perencanaan operasional
1.Perumusan tarif untuk menyesuaikan tarif rasional dengan melibatkan PT askes dan pemda.
2.Pembimbingan, pelatihan tenaga kesehatan dan pengadaan fasilitas (Sitem Informasi komputerisasi) untuk mempercepat pelayanan.
3.Pihak RS melakukan advokasi dan sosialisasi model pembiyaian ke PT askes dan pemda.
4.Sosialisasi dan informasi pihak RS pada masyarakat tentang hak-hak masyarakat sehubungan dengan jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat.
5.Melakukan koordinasi pihak RS dalam hal laporan administrasi kepihak PT askes sebagai syarat utama penggantian premi oleh PT askes.
6.Perbaikan sistem manajemen logistik.
Pelaksanaan Rencana
1.Perumusan tarif untuk menyesuaikan tarif rasional dengan melibatkan PT askes dan pemda.
2.Pembimbingan, pelatihan tenaga kesehatan dan pengadaan fasilitas (Sitem Informasi komputerisasi) untuk mempercepat pelayanan.
3.Pihak RS melakukan advokasi dan sosialisasi model pembiyaian ke PT askes dan pemda.
4.Sosialisasi dan informasi pihak RS pada masyarakat tentang hak-hak masyarakat sehubungan dengan jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat.
5.Melakukan koordinasi pihak RS dalam hal laporan administrasi kepihak PT askes sebagai syarat utama penggantian premi oleh PT askes.
6.Perbaikan sistem manajemen logistik.
Rencana kerja pelaksanaan program yang telah ditetapkan yaitu ;
3.Jangka pendek 3-5 tahun
4.Jangka panjang 5-10 tahun
Evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi pengelolaan askes masih terdapat kendala tehnis dimana indikator keberhasilan pelaksanaan program askes belum jelas sehingga dirasa masih sangat sulit menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan askes.
KAJIAN MANAJEMEN LOGISTIK
PERENCANAAN
1.Perencanaan anggaran, kebutuhan jenis jenis obat belum meliht kecenderungan trend penyakit, sehingga seringkali obat kekurangan stock.
2.Belum diadakan perhitungan nominal jumlah/jenis obat yang akan disediakan.
PENYEDIAAN
Pemilihan pemasok obat dari agen farmasi kadang lebih memperhatikan kemurahan harga obat ketimbang kualitas obat yang disediakan.
PENGGUNAAN
Pendistribusian obat yang masuk dalam Daftar Pelapon Harga Obat (DPHO) kadang tidak diresepkan oleh dokter (Dokter memanfaatkan keuntungan), sehingga obat yang tak masuk menjadi tanggungan pasien askes.
PENGAWASAN
Pengawasan kualitas dan ketersediaan obat baik jenis, tanggal ekspayer obat dan jumlah kebutuhan obat belum berjaln dengan baik sehingga seringkali obat yang tersedia menjadi stagnan.
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Alternatif Pemecahan Masalah
1.Perumusan tarif untuk menyesuaikan tarif rasional dengan melibatkan PT askes dan pemda.
2.Pembimbingan, pelatihan tenaga kesehatan dan pengadaan fasilitas (Sitem Informasi komputerisasi) untuk mempercepat pelayanan.
3.Pihak RS melakukan advokasi dan sosialisasi model pembiyaian ke PT askes dan pemda.
4.Sosialisasi dan informasi pihak RS pada masyarakat tentang hak-hak masyarakat sehubungan dengan jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat.
5.Melakukan koordinasi pihak RS dalam hal laporan administrasi kepihak PT askes sebagai syarat utama penggantian premi oleh PT askes.
6.Perbaikan sistem manajemen logistik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil kajian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ;
1.Adanya perbedaan premi antara pihak RS dan PT askes.
2.Waktu tunggu pelayanan yang terlalu lama,
3.Model pembiayaan belum disepakati bersama antara pihak RS, PT askes dan pemda setempat apakah kapitasi total melalui cost sharing atau risk sharing,
4.Jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat.
5.Mekanisme pengelolaan dana yang belum maksimal.
6.Adanya peresepan obat oleh dokter diluar daftar pelafon harga obat (DPHO)
7.Manajemen Logistik (obat) belum maksimal.
B. SARAN
1.Perumusan tarif untuk menyesuaikan tarif rasional dengan melibatkan PT askes dan pemda.
2.Pembimbingan, pelatihan tenaga kesehatan dan pengadaan fasilitas (Sitem Informasi komputerisasi) untuk mempercepat pelayanan.
3.Pihak RS melakukan advokasi dan sosialisasi model pembiyaian ke PT askes dan pemda.
4.Sosialisasi dan informasi pihak RS pada masyarakat tentang hak-hak masyarakat sehubungan dengan jenis pelayanan, jenis dan jumlah obat yang ditanggung askes yang sering mejadi polemik masyarakat.
5.Melakukan koordinasi pihak RS dalam hal laporan administrasi kepihak PT askes sebagai syarat utama penggantian premi oleh PT askes.
6.Perbaikan sistem manajemen logistik.
0 komentar: to “ Kajian Asuransi Kesehatan (Kasus Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya, Bali) ”
Posting Komentar