Kesehatan Merupakan Hak Asasi Setiap Warga Negara:::::::: Pembangunan Yang Berkesinambungan dan Berpola Sehat Itu Perlu:::::::: Kontroversi seputar gizi buruk : Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?:::::::: Mencegah Komplikasi Paska Aborsi:::::::: Jaga Pola Makan Demi Kesehatan Mata:::::::: Karbonmonoksida Berpengaruh Terhadap Kesehatan Bayi Kita:::::::: Masih Banyak Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Berbahaya:::::::: Antisipasi Perencanaan Tenaga Kesehatan Guna Mendukung Indonesia Sehat 2010:::::::: Peningkatan Akses Masyarakat Tethadap Layanan Kesehatan yang Berkualitas::::::::
Selamat Datang di Weblog Resmi Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan (LKPK) Indonesia. Temukan di Sini Artikel Kesehatan yang Anda Butuhkan :


Apa Saja 3 Postingan Terbaru Kami di Weblog Ini?
Renungan Hari Ini:

AIDS; Terbelakang Persoalan Klasik  

Oleh : Hariati SKM
Direktur Penelitian Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan (LKPK Indonesia)


Kemajuan yang dialami saat ini dalam perkembangan Aids di Indonesia adalah semakin meningkatnya penderita Aids secara skala nasional ataupun propinsi. Statistik menunjukkan bahwa keadaan ini hanya merubah kondisi dari data yang lalu menjadi menanjak. Tidak mengalami penurunan ataupun stagnansi. Tapi yang patut dibanggakan adalah fenomena ice berg, atau fenomena gunung es yang selalu dijadikan perkiraan prioritas praduga akhirnya perlahan-lahan mencuat. Beberapa kasus dan penderita Aids kemudian muncul satu-satu dan menjadi puluhan bahkan ratusan kasus. Ini berarti beberapa program telah berjalan dengan baik meskipun hanya untuk menampakkan kasus Aids yang sebelumnya tidak muncul ke permukaan.

Salah satu model kasus yang ada adalah lambannya mendeteksi penderita HIV/Aids yang masuk ke Rumah Sakit. Ternyata kebanyakan pasien yang dirujuk ke RS sudah dalam keadaan yang lanjut. Yakni pada stadium 3 dan 4 (WHO). Akibatnya kasus yang ternyata kurang tanggap di atasi ini sering sulit ditangani oleh tenaga medis. Sebenarnya beberapa kasus diatas sudah bisa terdeteksi lebih awal, misalnya kasus diare berulang dan TB berulang. Hanya saja dokter atau layanan kesehatan tidak mencurigai adanya suatu keadaan tertentu dari pasien tersebut. Sehingga pada akhirnya saat kondisi manifes baru di ajukan ke Rumah Sakit rujukan dalam keadaan yang jauh lebih lanjut. Preventif dari layanan kesehatan tentang kondisi ini sepertinya kurang dimengerti. Karena perjalanan penyakit ini menuju masa lanjut stadium masih tak diresponi dengan baik. Para dokter juga perlu mengenali kasus-kasus yang mungkin berhubungan dengan infeksi HIV sehingga tidak terlambat.

Memang agak berat menanggulangi HIV/Aids. HIV berada dalam tubuh seumur hidup. Cara penularan juga bermacam-macam. Stigma dan diskriminasi luar biasa dari segala penjuru. Di negara-negara yang tingkat rasionalitas berfikirnya sudah tinggi, masalah HIV/Aids dapat ditangani dengan lebih mudah. Tapi jika kita melihat pemikiran budaya indoensia kita yang beragam, perjalanan penanggulangan HIV/Aids akan menambah waktu semakin panjang dan lama penanganannya. Ini sangat berdampak pada usaha untuk mendeteksi dini keberadaan orang yang HIV/ Aids. Bila seseorang terinfeksi virus HIV/Aids ini cenderung untuk menyembunyikan atau menutup-nutupinya. Makanya, kasus kasus yang bermunculan mungkin telah memberikan tingkat malu yang jenuh dikalangan masyarakat pabila memilih untuk menyelamatkan ODHA atau mengorbankan malu.

Keadaan yang lain dari kondisi ini adalah lingkungan lokalisasi pelacuran yang ada. kasus HIV/Aids di tempat lokalisasi selalu mendatangkan data yang mencengangkan. Karena kondisi ini paling rawan penularan HIV/Aids. Penularan HIV dengan kontak sex adalah yang paling mudah karena akses ke tempat ini relatif mudah (dan murah). Dengan analogi dua dari seratus orang PSK yang positif HIV, akan menularkan pelanggannya yang sering datang berganti pasangan. Tercatat data aktivitas seksual PSK dalam sehari bisa melayani 3 - 5 orang. 5 orang pemakai jasa sex yang sering berganti pasangan dilayani 1 orang PSK yang HIV positif. Buntutnya akan berlanjut ke orang lain yang melakukan kontak sex dengan lima orang pemakai jasa sex PSK. 1 dari lima orang pemakai jasa sex PSK tersebut melakukan kontak sex dengan istri atau pacar atau PSK lain, akan memboomingkan data hanya dalam beberapa hari saja. 1 berhubungan dengan 3, kemudian berhubungan lagi dengan 2 dan seterusnya dalam angka yang tak pasti tapi untuk jumlah yang pasti mencengangkan. Masuk akal bukan.

Begitu pula dengan mereka yang terinfeksi HIV/Aids dari Injecting drugs user (IDU). Satu orang memakai narkoba suntik memakai satu buah spoit dipakai beramai-ramai oleh para IDU akan menularkan virus HIV kebanyak teman pemakai. Analogi hampir sama dengan pemularan dengan kontak sex. Yang menularkan virus lebih cepat dari data yang pernah ada adalah IDU. Ini sempat menjadi ketakutan internasional pada tahun 1997 - 2000 dimana pemakaian IDU memberikan gambaran data yang menularkan HIV lebih cepat. Kondisi ini dijelaskan dengan perilaku pemakai putaw misalnya yang telah pakaw ternyata juga melakukan sex dengan lawan jenis ataupun dengan sesama. Kondisi diperparah dengan penularan HIV double; Suntikan dan aktifitas sex. Ini kasus yang beruntun sulit diatasi laju penularannya. Karena keterlibatan semua pihak harus mendukung kondisi ini.

Saya memaparkan bahwa permasalahan yang terjadi belakangan ini sebenarnya klasik. Kasus pasien yang kurang tertangani pada rujukan layanan kesehatan sebaiknya telah menjadi pandangan para ahli medis sejak tahun-tahun lalu. Misal kasus HIV stadium lanjut sebaiknya harus selalu dibuat standar atau mungkin skoring sistem untuk memudahkan dokter mengenali keadaan yang mungkin berhubungan dengan HIV.

Beberapa contoh telah menjadi kasus yang bebal sejak bertahun-tahun. Ke-klasik-an ini didukung dengan beberapa tema internasional yang sering berulang dari tahun tahun lalu:
1. 2007 - Stop AIDS; Keep the Promise - Leadership
2. 2006 - Stop AIDS; Keep the Promise - Accountability
3. 2005 - Stop AIDS; Keep the Promise
4. 2004 - Women, Girls, HIV and AIDS
5. 2003 - Stigma & Discrimination
6. 2002 - Stigma & Discrimination
7. 2001 - I care. Do you?
8. 2000 - AIDS : Men make a difference
9. 1999 - Listen, Learn, Live: World AIDS Campaign with Children & Young People
10. 1998 - Force for Change: World AIDS Campaign With Young People
11. 1997 - Children Living in a World with AIDS
12. 1996 - One World, One Hope
13. 1995 - Shared Rights, Shared Responsibilities
14. 1994 - AIDS & the Family
15. 1993 - Act
16. 1992 - Community Commitment
17. 1991 - Sharing the Challenge
18. 1990 - Women & AIDS
19. 1989 - Youth
20. 1988 - Communication

Jika ditelaah jauh semua berhubungan dengan kebijakan. Kebijakan adalah jalan akhir dari action lapangan. permasalahan utama ada pada lambannya bentuk penanganan karena program melulu terkucur bukan pada SDM yang handal. Dalam hal ini perlu menetapkan suatu yang ideal tentang permasalahan HIV/Aids yang dijadikan indikator sebagai evaluasi masalah. khususnya kalangan kritikus yang aktif di media, medis yang punya kualifikasi yang baik menangani pasien dan perlunya transparansi program yang menunjang perbaikan kondisi.