Kesehatan Merupakan Hak Asasi Setiap Warga Negara:::::::: Pembangunan Yang Berkesinambungan dan Berpola Sehat Itu Perlu:::::::: Kontroversi seputar gizi buruk : Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?:::::::: Mencegah Komplikasi Paska Aborsi:::::::: Jaga Pola Makan Demi Kesehatan Mata:::::::: Karbonmonoksida Berpengaruh Terhadap Kesehatan Bayi Kita:::::::: Masih Banyak Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Berbahaya:::::::: Antisipasi Perencanaan Tenaga Kesehatan Guna Mendukung Indonesia Sehat 2010:::::::: Peningkatan Akses Masyarakat Tethadap Layanan Kesehatan yang Berkualitas::::::::
Selamat Datang di Weblog Resmi Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan (LKPK) Indonesia. Temukan di Sini Artikel Kesehatan yang Anda Butuhkan :


Apa Saja 3 Postingan Terbaru Kami di Weblog Ini?
Renungan Hari Ini:

Hanya 12% yang Cuci Tangan Pakai Sabun Usai dari Jamban  

Kesadaran masyarakat Indonesia untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS) terbukti masih sangat rendah. Tercatat, rata-rata hanya 12% masyarakat yang melakukan CTPS setelah buang air besar di jamban.

Demikian gambaran kesadaran CTPS di Tanah air berdasarkan survei environmental service program (ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan Depkes dan instansi lainnya pada 2006.

Direktur Penyehatan Lingkungan Depkes Wan Alkadri di Jakarta, Senin (9/7), menyampaikan bahwa berdasarkan survei ESP juga ditemukan fakta, walau penetrasi sabun telah masuk ke hampir seluruh rumah tangga di Indonesia, namun rata-rata hanya 3% saja yang menggunakan sabun untuk cuci tangan.

Selain hanya 12% yang mencuci tangan pascabuang air besar, rendahnya perilaku CTPS pada 4 waktu kritis lainya, tercermin dari hanya 9% yang melakukan CTPS setelah membantu buang air besar bayi, hanya 14% CTPS dilakukan sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi dan 6% sebelum menyiapakan makanan.

Staf Ahli Menkes Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan Depkes Indrijono Tantoro mengakui Indonesia sedikit terlambat dalam mengkampanyekan gerakan CTPS.
Indonesia baru meluncurkan program itu pada sekitar April 2007. Padahal Vietnam telah sekitar 1 tahun lalu.

Bahkan Ghana, dari sebelumnya hanya 14% penduduknya yang melakukan CTPS pada waktu penting, pasca 2 tahun program diluncurkan, kini lebih dari 62% penduduknya melakukan CTPS.

"Memang gerakan baru dimulai, tetapi sudah 181 kabupaten/kota yang telah melakukan kampanye CTPS. Memang, ini baru seperempat dari sekitar 450-an kabupaten/kota. Namun setahap demi setahap akan kita tambah," janji Indrijono yang saat itu hadir dalam kapasitas mewakili Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan I Nyoman Kandun yang berhalangan.

Dalam pidato tertulisnya dalam pembukaann, Kandun memaparkan diharapkan gerakan CTPS dapat menurunkan kasus insiden diare pada anak balita. Tercatat, tulis Kandun, 100 ribu anak di tanah air meninggal tiap tahun karena diare.

Sementara itu, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Depkes Chandra Yoga Adhitama mengutarakan, dari 4,8 juta bayi yang lahir tiap tahun di Indonesia, angka kematian bayi rata-rata mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan balita mencapai 46 per 1000 kelahiran hidup. Dari jumlah kematian bayi tersebut, 19% kematian dipicu oleh penyakit diare.

"Dengan kebiasaan cuci tangan, kasus insiden diare bisa diturunkan hingga 47%," ungkap Chandra.
CTPS juga dapat mencegah hingga 80% berbagai penyakit infeksi termasuk dapat mencegah 45% penyakit infeksi berat, seperti ISPA, flu burung, cacingan dan sebagainya selain diare.

Gerakan CTPS, tutur Chandra, juga akan mendorong ketersediaan sarana air bersih, pasalnya selain pakai sabun, cuci tangan yang baik harus dilakukan dengan air yang mengalir.

Guna memperlancar program dan menyiapkan berbagai sarana, Depkes juga berharap berbagai pihak termasuk swasta untuk berperan dalam kegiatan ini. (Tlc/OL-03)
sumber : mediaindo.co.id