Kesehatan Merupakan Hak Asasi Setiap Warga Negara:::::::: Pembangunan Yang Berkesinambungan dan Berpola Sehat Itu Perlu:::::::: Kontroversi seputar gizi buruk : Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?:::::::: Mencegah Komplikasi Paska Aborsi:::::::: Jaga Pola Makan Demi Kesehatan Mata:::::::: Karbonmonoksida Berpengaruh Terhadap Kesehatan Bayi Kita:::::::: Masih Banyak Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Berbahaya:::::::: Antisipasi Perencanaan Tenaga Kesehatan Guna Mendukung Indonesia Sehat 2010:::::::: Peningkatan Akses Masyarakat Tethadap Layanan Kesehatan yang Berkualitas::::::::
Selamat Datang di Weblog Resmi Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan (LKPK) Indonesia. Temukan di Sini Artikel Kesehatan yang Anda Butuhkan :


Apa Saja 3 Postingan Terbaru Kami di Weblog Ini?
Renungan Hari Ini:

Isi Meja Makan Keluarga Modern  

Artikel oleh : dr. Hendrawan Nadesul

Kesehatan kita ditentukan oleh apa yang kita makan juga. Bukan saja frekuensi, kecukupan tubuh akan semua zat gizi perlu terpenuhi porsinya.

Semakin bervariasi menu harian, semakin memadai kecukupan zat gizi. Tubuh membutuhkan sekitar 40-an jenis zat gizi. Sebagian bersifat esensial atau tak bisa disediakan oleh tubuh, melainkan harus berasal dari makanan.

Kita butuh makan tiga kali sehari. Namun, bila pola makan harian kita bolak-balik hanya itu-itu saja lagi (monodiet), kecukupan tubuh akan semua zat gizi tidak terpenuhi. Bukan pula porsi masing-masing zat gizi perlu tepat, kualitas menu juga ikut menentukan terpenuhi tidaknya kecukupan gizi tubuh kita. Bila menu harian tergolong ampas junk food, menu siap saji), dan konsumsi itu berlangsung terus, lama-kelamaan tubuh akan kekurangan gizi. Gejala orang modern kurang gizi terjadi sekarang ini. Itu maka produk suplemen makanan-minuman sehat semakin banjir ditawarkan. Kalau saja kita tak keliru memilih menu.
Selain asap rokok, menu yang salah bisa menjadi penyebab kanker terbesar. Menu yang bijak itu proporsional untuk masing-masing zat gizi yang tubuh butuhkan, dan bahan pilihan yang segar, tanpa pengawet, penyedap, pewarna, pemanis buatan (berbahaya), dan dikonsumsi tidak secara berlebihan.

Jadi tak cukup sekadar memenuhi nilai gizi saja bila menunya mengandung zat berbahaya. Apakah sayur mayur yang kita konsumsi tidak tercemar pestisida yang disemprotkan, sehingga orang perlu memilih tanaman organik yang bebas pestisida. Apakah di kulit buah yang kita gerogot tidak tersisa bahan kimia pengawet. Apa zat warna, penyedap dan pengawetnya tidak berbahaya, dan dalam takaran yang diperkenankan?

Selain itu apakah menu kita diolah secara benar? Apa kita gemar makan acar, ikan asin, beras putih (sosoh), air yang mengandung nitrat tinggi, atau oncom, kacang-kacangan yang tercemar jamur pembuat aflatoxin?

Bahaya menu mewah karena berisi lemak tinggi, tepung, dan gula berlebihan, boros garam, tetapi rendah karbohidrat serta kurang serat, selain bahaya bumbu, penyedap, pengawet, dan pewarna serta zat kimia berbahaya lainnya.

Menu mewah juga berasal dari menu olahan, buatan pabrik yang tampak lebih memikat, lezat, tetapi bertabiat jahat buat kesehatan. Menu restoran siap saji, cenderung menjadikan lemak sebagai sumber kalori.

Lebih separuh porsi kalori diberikan oleh lemak dalam menu harian orang modern. Padahal, sehatnya jumlah kalori terbesar diperoleh dari karbohidrat (nasi, ubi, jagung, ketela). Selain itu, menu restoran dan menu mewah umumnya cenderung bukan barang segar. Selain kelewat lama diolah, bahan bakunya sudah lama disimpan, diawetkan, dan rusak oleh proses pemanasan selama dimasak.

Sampai usia lanjut tubuh memang terus membutuhkan protein. Protein hewani maupun protein nabati. Oleh karena protein hewani yang berasal dari daging merah (sapi, kambing, babi) banyak lemaknya, protein lebih sehat diperoleh dari ikan (ayam, kelinci, kalkun yang tergolong daging putih). Ikan laut lebih baik dari ikan tawar, karena selain protein, minyak ikan omega-3 dan omega-6 dari laut dalam (deep sea) berkualitas sebagal antikolesterol juga.

Menu mewah cenderung memilih daging impor yang lebih mahal, meski tidak menyehatkan karena lebih banyak kandungan lemaknya. Dalam sehari, menu mewah rata-rata berisi seperlima ekor ayam potong atau daging yang setara, dan itu tidak menyehatkan.

Konsumsi gula orang modern cenderung terus meningkat, rata-rata 25 kg/kapita/tahun. Orang Amerika, Australia, dan Kuba mencapai 60 kg/kapita/tahun. Konsumsi gula berlebihan jelas tidak menyehatkan karena bikin kegemukan (obesitas), memperberat kencing manis dan penyakit metabolik lainnya yang tergolong sebagai ‘penyakit peradaban”, yakni jantung, kanker, kelainan usus diverticulitis, maupun kanker perut.

Selain kelewat manis, menu mewah juga boros garam dapur. Rata-rata konsumsi garam dapur menu kita sepuluh kali lipat kebutuhan tubuh. Bisa jadi itu sebabnya kasus hipertensi meningkat di kalangan pemuja menu mewah, selain berbuntut kencing manis juga. Rita tahu kegemukan memicu munculnya diabetes, selain bangkitnya kanker payudara, prostat, atau usus.

Mengapa? Karena menu mewah (yang rata-rata diolah high refined diet) akan mengubah flora (kuman penghuni) usus, dan merusak zat-zat pencernaan, sehingga berubah menjadi pemicu kanker (karsinogenik). Hal yang sama terjadi bila kita sering sembelit.

Bila tinja berada lebih lama di dalam usus, bakteri usus berpeluang mengubah zat di sana menjadi karsinogenik. Kekurangan serat (fiber) dalam menu harian orang modern membuat rata-rata orang jadi sembelit dan tinggi angka kanker ususnya.

Menu berlemak tinggi juga mengubah komposisi bakteri usus, sehingga berubah menjadi zat karsinogenik sang pencetus kanker usus. Menu berlemak tinggi juga mengubah keseimbangan hormon seks di dalam tubuh, sehingga tubuh lebih sensitif terhadap cetusan kanker payudara.

Kita tahu, menu harian modern cenderung memakai campuran bahan kimia seperti formalin, pemanis buatan sakarin, aspartam, penyedap buatan, selain zat warna (tekstil rhodamine B), yang berefek buruk terhadap kesehatan. Efeknya mungkin tidak langsung nyata, melainkan karsinogenik bersifat kumulatif setelah sekian puluh tahun dikonsumsi.

Kesehatan kita ditentukan oleh isi meja makan keluarga, selain oleh kebiasaan jajan atau memilih menu restoran. Kasus penyakit peradaban dagu berlipat (double chin), gara-gara lebih doyan menu restoran ketimbang menu rumah. Sesungguhnya, semakin sederhana dan alami suatu menu, semakin harus dipilih karena menyehatkan.