Kesehatan Merupakan Hak Asasi Setiap Warga Negara:::::::: Pembangunan Yang Berkesinambungan dan Berpola Sehat Itu Perlu:::::::: Kontroversi seputar gizi buruk : Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?:::::::: Mencegah Komplikasi Paska Aborsi:::::::: Jaga Pola Makan Demi Kesehatan Mata:::::::: Karbonmonoksida Berpengaruh Terhadap Kesehatan Bayi Kita:::::::: Masih Banyak Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Berbahaya:::::::: Antisipasi Perencanaan Tenaga Kesehatan Guna Mendukung Indonesia Sehat 2010:::::::: Peningkatan Akses Masyarakat Tethadap Layanan Kesehatan yang Berkualitas::::::::
Selamat Datang di Weblog Resmi Lembaga Kajian Pembangunan Kesehatan (LKPK) Indonesia. Temukan di Sini Artikel Kesehatan yang Anda Butuhkan :


Apa Saja 3 Postingan Terbaru Kami di Weblog Ini?
Renungan Hari Ini:

KESEHATAN REPRODUKSI, BUKAN CUMA URUSAN ISTRI!  

Kesehatan keluarga adalah modal dasar, bahkan utama, demi meningkatkan mutu kehidupan. Jika ingin memiliki kualitas hidup lebih baik, tentu tak hanya ibu yang perlu peduli terhadap kesehatan keluarga, termasuk kesehatan reproduksi, termasuk juga, yang ternyata memegang peranan yang menentukan.

Jika di masa sebelumnya wanita yang menjadi fokus penelitian kesehatan reproduksi, kini berbagai penelitian justru ditujukan kaum pria. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation di Amerika terhadap dua kelompok responden pria dan wanita, mendapati bahwa wanita merasa lebih bertanggung jawab untuk membesarkan anak dibandingkan pria. Mereka juga bahwa wanita memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan pasangannya dalam memutuskan apakah akan memiliki anak atau tidak. Bahkan sepertiga responden pria dan 35% wanita mengakui bahwa pria kerap kali merasa “tersingkir” jika topik berkenaan dengan perencanaan kehamilan dan kontrasepsi.

Pada kenyataannya, lebih dari 50% responden pria menyatakan kurang memiliki informasi tentang berbagai pilihan kontraseptif. Satu dari lima responden pria menyatakan memiliki hanya sedikit bahkan tidak sama sekali pengetahuan tentang topik tersebut. Padahal sebagian besar responden, baik pria maupun wanita, mengakui bahwa pria seharusnya memainkan peranan yang lebih besar lagi dalam memilih dan menggunakan alat kontrasepsi. Berkaitan dengan hal itu, dua pertiga responden pria menyatakan bersedia untuk berpartisipasi merencanakan, mengatur, dan mengendalikan kehamilan dengan menggunakan pil kontrasepsi pria. Seandainya tersedia untuk pria, 43% responden pria menyatakan bersedia menggunakan alat kontrasepsi Depo-Provera dan 36% Norplant. Keduanya merupakan alat kontrasepsi hormonal yang bertahan untuk beberapa bulan. Paradigma Baru

Pembahasan survei menyingkap mengapa pria yang yang diwakili oleh para responden dalam survei tersebut merasa bertanggung jawab dan ingin lebih terlibat dalam pengambilan keputusan kesehatan reproduksi. Pertama, jika pasangannya hamil, maka pria akan menjadi ayah, suatu peran yang mengemban tanggung jawab dan kewajiban paternal (keayahan). Tentu saja dibutuhkan kesiapan diri pria yang bersangkutan untuk dapat menjalani konsekuensi tersebut. Yang kedua, di dalam banyak budaya, pria dituntut lebih memiliki informasi yang cukup dan memegang kendali atas hasil akhir dari sebuah keputusan, meskipun pada kenyataannya wanitalah yang diharapkan dapat mengambil keputusan dalam kesehatan reproduksi. Kini selain menemukan alat kontrasepsi pria, para ahli memandang pentingnya pendidikan bagi para pria sebagai upaya untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan untuk meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi.

Dalam studi berbeda, Dr. Luminare-Rosen, Direktur Center for Creative Parenting, Amerika Serikat, menemukan bahwa kesehatan ayah memberi pengaruh besar dan sangat menentukan kualitas kesehatan janin. Studinya menunjukkan bahwa 40% kesulitan pasangan suami-istri memperoleh keturunan, ternyata ditentukan oleh suami. Kualitas sperma menentukan kualitas janin, sehingga menurut konselor kesehatan prakonsepsi dan prenatal Amerika tersebut, ada banyak hal yang perlu dilakukan pria untuk mengoptimalkan kualitas spermanya.

Fakta-fakta seperti ini tampaknya menjadi cambuk terhadap kepedulian pria untuk melibatkan diri secara aktif dalam menentukan kualitas kesehatan reproduksi, termasuk juga kesehatan anak. Meskipun pada kenyataannya pelayanan kesehatan reproduksi yang difokuskan pada pria masih cukup langka, para ahli yang tergabung dalam survei Kaiser Family Foundation memandang pentingnya kemauan dari pria untuk turut terlibat secara aktif dalam mencari berbagai informasi.

Kini berbagai buku, situs internet dan bahan referensi lain tersedia sebagai sumber informasi dan memegang peranan penting dalam upaya mendidik pria di bidang kesehatan reproduksi. Di samping itu, dibutuhkan kemauan besar dari pria untuk membuka diri dan berkomunikasi perihal kesehatan reproduksi dengan pasangannya, demikian kesimpulan survei tersebut. Sesungguhnya, masalah kesehatan reproduksi dan keluarga adalah masalah bersama suami-istri.



Dikutip dari: www.glorianet.org/keluarga/pria/priakes.html


1 komentar: to “ KESEHATAN REPRODUKSI, BUKAN CUMA URUSAN ISTRI!

  • Anonim
    3:54 PM  

    Memang cukup banyak sumber informasi dalam upaya mendidik pria di bidang kesehatan reproduksi. Tinggal kita manfaatkan informasi tersebut sebaik-baiknya.